"sahabat itu hanya ada dalam cerita dongeng, cerpen, dan novel. Sahabat hanya akan ada dalam ilusi dan dunia mayamu, tak akan pernah ada dalam kenyataan. TIDAK AKAN PERNAH ADA SAHABAT DALAM HIDUPMU.."
kata-kata yang penuh ketegasan itu membuat dadaku sesak seketika, mulutku terbuka tapi tak mampu berucap.
"sadarlah!!!!! Kamu jangan pernah tertipu dengan kata-kata indah tapi palsu itu. Apa kamu masih percaya sahabat itu ada setelah dia membuatmu menangis? Kamu bahkan terlalu naif untuk menerima dia dalam hidupmu lagi. Mungkin sudah saatnya aku menyadarkanmu dari kebodohanmu, aku bahkan sangat iba melihatmu"
"tidaaaaaakk...sahabat itu ada, dia ada disaat aku suka dan duka, dia ada dalam hatiku.
Kamu tidak tahu apa-apa tentang dia." ucapku tak kalah tegasnya
.
"hahhahaaa...sahabat itu ada katamu? Ada dalam hatimu? Sekarang tunjukkan padaku, dimana dia sekarang? Paling tidak kau sebutkan namanya agar aku tahu siapa orang kamu maksud 'dia'?"
lagi-lagi aku terdiam, aku menutup kedua kupingku. Enggan rasanya aku mendengar kata-katanya yang penuh dengan ejekan itu.
"kenapa kamu terdiam, kamu tidak tahu siapa sosok dia dalam cerita dongengmu? Hahhaaa...dasar bodoh!" umpatnya padaku.
"cuukuuuuup...aku muak mendengar semua ocehanmu. Aku tidak akan mungkin menyebutkan namanya padamu, tidak akan mungkin karena aku........." ucapku tak mampu melanjutkan kata-kata itu.
"karena apa? Karena kamu tidak tahu dia siapa atau kamu takut aku akan merebut dia darimu seperti dia telah merebut kekasihmu?
Sekarang tengadahkan wajahmu padaku, perhatikan aku, tatap mataku dan jawab pertanyaanku!" perintahnya padaku.
Dengan sedikit kekuatan hati, ku turuti keinginannya, keinginan orang berjubah putih dengan pancaran cahaya disekitarnya. Aku tidak tahu, pantaskah dia disebut manusia atau mungkin dia lebih pantas menyandang gelar MALAIKAT.
"apa kamu pernah percaya dengan orang lain?" tanyanya dengan tatapan mata yang sangat tajam. Andai tatapannya adalah pisau, mungkin aku telah terluka parah karenanya.
Tapi sayang, tanyanya tak mampu ku jawab dengan kata, hanya air mataku yang mampu menetes.
"jawab aku, aku tidak butuh air matamu atau kau terlalu malu untuk jujur padaku bahwa kau hanya menganggap mereka figuran dalam ceritamu? Kau tidak akan hina jika kau jujur padaku. Kenapa kamu diam?"
Teriakannya yang begitu keras seakan meruntuhkan langit-langit kamarku, andai orang lain mampu mendengar teriakan itu mungkin mereka bisa menolongku untuk selamat dari bencana ini.
"dasar cengeng." ucapnya sambil melayangkan tamparan yang begitu keras dipipiku.
"sabarlah...aku akan membuktikannya padamu" ucapku sambil memegang ke dua pipiku.
"buktikanlah, jika kau belum terlambat!" ucapnya sambil tersenyum sinis.
Pandanganku kabur dan gelap, aku pingsan atau mungkin aku akan bertemu TUHAN bersamanya. Aku tak bisa ingat apa-apa lagi..
+++
"dimana aku....? Tempat apa ini ?
Dia hanya memandangku dengan senyum kemenangan.
"kembalikan aku ke rumahku, aku tidak mau disini!" teriakku sambil meronta.
"huuusst...percuma,, jadi diamlah. Disini adalah tempat paling aman untukmu, tak ada siapa-siapa yang akan mengaturmu bahkan tak akan ada lagi orang yang menangis dan menertawai kondisimu."
"lihatlah mereka. Apa mereka sedih kehilanganmu? Bersedihpun tidak apalagi menangis untukmu."
"inikan yang kau pinta disetiap doamu? Kau ingin ketenangan karena kau muak dengan hidupmu" ucapnya serius namun dengan nada mengejek.
"tapi.......dia?"
"hahhaa...lupakanlah! Dia tidak akan membuatmu bahagia. Kau hanya akan bahagia disini, bersamaku!"
Aku tak mungkin menyangkal lagi, air mataku hanya mengalir dipipiku bagaikan air tsunami yang melalap Jepang.
Aku sadar, ini semua maksud dari doa-doa yang selama ini ku pinta padaNYA. Memohon kehidupan yang kekal disampingNYA, aku bahkan lupa masih ada orang yang sangat menyayangiku.
Tapi terlambat, aku telah ada disini bersamanya.
"oh TUHAN....semua salahku." ucapku lirih dalam hati.
"sudahlah......jangan tangisi keadaanmu. Berbahagialah dengan pilihanmu. Jangan sampai ALLAH semakin murka dan melemparmu ke Neraka!" ucapnya seakan mampu membaca jalan fikiranku...